Sukses

-->

Meneropong Prospek Bitcoin pada Desember 2025

Sentimen kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan mempengaruhi kripto.

Diterbitkan 06 Desember 2025, 19:19 WIB
Share
Copy Link
Batalkan

Liputan6.com, Jakarta - Harga bitcoin (BTC) dinilai harus menembus dan bertahan di atas USD 93.000 untuk membuka peluang menuju USD 100.000 dan harga bitcoin menyentuh USD 102.000 yang berdekatan dengan level 50-week moving average. Sebaliknya, penurunan harga kripto kapitalisasi pasar terbesar di bawah USD 88.000 dapat memperbesar peluang koreksi lebih dalam menuju USD 82.000 atau bahkan masuk kembali ke pola bearish jangka menengah jika tekanan jual naik.

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur juga menyoroti level USD 100.000-USD 102.000 akan menjadi pertempuran besar berikutnya.

"Jika bitcoin mampu bertahan di atas USD 93.000 setelah rilis FOMC, peluang menuju USD 100.000 pada Desember sangat terbuka,” kata dia seperti dikutip dari keterangan resmi, Sabtu (6/12/2025).

Ia mengatakan, sinyal hawkish dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) dapat membawa TC turun ke posisi USD 88.000 atau bahkan menguji ulang USD 82.000. “Investor harus sangat disiplin dalam manajemen risiko,” kata dia.

Ke depan, perhatian pasar tertuju pada tiga faktor utama: keputusan FOMC yang berpotensi menentukan arah pasar beberapa pekan mendatang, aliran dana ETF Bitcoin spot yang kini semakin menarik seiring masuknya Vanguard, serta perkembangan Ethereum melalui upgrade Fusaka yang dapat meningkatkan selera risiko di pasar aset digital secara keseluruhan.

“Meski outlook jangka panjang Bitcoin tetap positif, volatilitas dalam jangka pendek diperkirakan masih tinggi,” ujar dia.

Para analis menggarisbawahi, pergerakan BTC dalam 7–10 hari ke depan akan sangat menentukan apakah reli ini merupakan awal dari kenaikan baru atau hanya pantulan sementara di tengah fase konsolidasi lebih panjang,

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 3 halaman

Generasi Muda AS Sulit Beli Rumah Kini Beralih ke Kripto

Sebelumnya, generasi muda Amerika Serikat (AS) kini beralih ke kripto. Langkah generasi muda AS ini seiring semakin jauhnya untuk memiliki rumah. Gen Z disalahkan karena boros, malas dan cenderung you only live once (Yolo) terhadap investasi berisiko seperti kripto dan token non-fungible (NFT).

Namun, anak muda telah menerima label ini dan perilaku mereka bahkan dapat dikatakan rasional. Hal ini seiring memburuknya kondisi ekonomi, termasuk semakin mahalnya harga rumah. Hal ini merupakan temuan dari laporan Financial Times terbaru oleh John Burn-Murdoch. Demikian mengutip Yahoo Finance, Senin (1/12/2025), 

Dua ekonom Seung Hyeong Lee dari Northwestern University dan Younggeun Yoo dari University of Chicago baru-baru ini menerbitkan sebuah studi yang menunjukkan lebih sedikit pekerjaan, lebih banyak waktu luang dan investasi dalam aset keuangan berisiko seperti kripto semuanya sangat umum di kalangan anak muda yang tidak mampu membeli rumah.

Sebaliknya, menurut riset tersebut, mereka yang memiliki rumah atau berprospek untuk segera memiliki rumah mengambil lebih sedikit risiko.

 

3 dari 3 halaman

Memilih Strategi Berisiko Tinggi

Jika tabungan tetap dan akumulasi aset tradisional tidak lagi cukup untuk mengamankan rumah, beberapa rumah tangga mungkin akan memilih strategi berisiko tinggi dan berimbal hasil tinggi seperti berinvestasi dalam mata uang kripto sebagai pilihan terakhir, menurut studi tersebut.

Harga rumah di AS naik 2,2% antara kuartal ketiga 2024 dan kuartal ketiga 2025, menurut Indeks Harga Rumah Federal Housing (FHFA) AS (FHFA HPI). Secara nasional, pasar perumahan AS telah mengalami apresiasi tahunan yang positif setiap kuartal sejak awal 2012.

"Memang wajar meratapi nihilisme ekonomi yang semakin meningkat di kalangan generasi muda, dan bukti menunjukkannya, tetapi mereka hanya memainkan kartu yang telah diberikan kepada mereka,” tulis Burn-Murdoch.

Ketika ia memperluas penelitian ke Inggris, gambaran serupa muncul. Anak muda dengan sedikit atau tanpa prospek untuk memiliki rumah dalam waktu dekat lebih cenderung mengambil risiko keuangan dibandingkan mereka yang berada dalam jangkauan untuk memiliki rumah.

 

Agustina MelaniTim Redaksi
Share
Copy Link
Batalkan
Lagi Diskon Harbolnas 12.12
Lihat Selengkapnya
EnamPlus

Berita Terkini

Lihat Semua
-->