Sukses

-->

Petugas Taman Nasional Gunung Halimun Salak Ajak Penambang Ilegal Sadari Aksinya

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) mengajak panambang ilegal dan memberikan edukasi untuk melestarikan kawasan hutan konservasi.

Diterbitkan 06 Desember 2025, 19:00 WIB
Share
Copy Link
Batalkan
Jadi intinya...
  • TNGHS edukasi penambang ilegal untuk lestarikan hutan konservasi.
  • Petugas TNGHS rutin patroli di 105.072 hektare kawasan hutan.
  • Pemerintah daerah berdayakan penambang ilegal dengan pelatihan dan bantuan.

Liputan6.com, Jakarta - Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) mengajak panambang ilegal dan memberikan edukasi untuk melestarikan kawasan hutan konservasi yang bertujuan untuk kedepannya tidak ada lagi timbulnya bencana alam.

"Kita terus memberikan pembinaan dan edukasi terhadap penambang ilegal agar menghentikan kegiatanya," ujar Kepala Balai TNGHS Budi Chandra, di Lebak, Banten dikutip dari Antara, Jumat 5 Desember 2025.

Petugas TNGHS sering melakukan pengawasan dan pengamanan di kawasan hutan konservasi, guna untuk penambang ilegal menyadari untuk menjaga dan melestarikan hutan untuk jangka yang panjang.

"Karena hal itu, dari TNGHS setiap minggunya melakukan penjadwalan untuk patroli di kawasan hutan koservasi, dengan luas 105.072 hektare, tersebar di Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat," ucap Budi.

"Tugas mereka di lapangan untuk mengunjungi lokasi lubang pertambangan emas tanpa izin dengan cara pembinaan yang melibatkan pihak kader konservasi setempat, bertujuan untuk menjaga dan melestarikan kawasan hutan," sambung dia.

Pembimbingan terhadap penambang ilegal ditargetkan untuk menghentikan kegiatan yang dilakukan, dengan tujuan untuk menjaga citra polisi hutan dan mitra klonservasi.

"Kita tidak bisa melakukan perlawanan, namun diajak dan dilibatkan penambang ilegal sebagai mitra konservasi hutan untuk generasi mendatang agar ekologis lingkungan hutan tidak rusak," jelas Budi.

2 dari 3 halaman

Target TNGHS untuk Para Penambang Ilegal

 

Sementara menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten Wawan Gunawan, pemerintah daerah memberdayakan masyarakat di sekitar hutan untuk mereka tidal melakukan aktivitas penambang ilegal di TNGHS.

"Pemerintah daerah juga berkontribusi memberdayakan penambang ilegal dengan melakukan pelatihan lebah madu dan bantuan jamur," ucap Wawan.

Selain itu, lanjut dia, bantuan bibit dari aneka pohon diberikan untuk ditanam dan pupuk dengan upahnya sudah disiapkan. 

"Kita komitmen untuk membantu memberdayakan warga sekitar TNGHS agar mereka tidak kembali sebagai penambang ilegal," jelas Wawan.

3 dari 3 halaman

Temuan Kayu Gelondongan di Lokasi Longsor Sumut, Pakar IPB Ungkap Dugaan Penyebab

Sebelumnya, longsor yang terjadi di Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah, Sumatera Utara (Sumut) memunculkan sorotan serius terkait kondisi lingkungan dan praktik pengelolaan hutan di wilayah tersebut.

Setelah bencana, banyak kayu gelondongan besar dan kecil berserakan di lokasi, yang memunculkan pertanyaan apakah kayu tersebut merupakan hasil tebangan manusia atau tumbang alami akibat kejadian alam. 

Menanggapi hal ini, Ahli Kebijakan Hutan dari IPB University Prof Dodik Ridho Nurochmat menjelaskan, kayu-kayu yang terlihat kemungkinan merupakan campuran dari kedua faktor tersebut.

"Dari gambar terlihat potongan kayu berukuran kecil dan besar. Tapi tidak bisa dilihat secara detail apakah potongannya rapi atau akibat tumbang alami," ujar Dodik, melansir laman resmi IPB www.ipb.ac.id, Kamis 4 Desember 2025.

Penjelasan ini menunjukkan bahwa bencana longsor tidak hanya dipicu oleh faktor alam seperti curah hujan tinggi dan kondisi geologi yang rawan, tetapi juga diperparah oleh aktivitas manusia yang kurang memperhatikan keberlanjutan lingkungan. 

Dia menyebut, kayu gelondongan yang berserakan bukan hanya menjadi tanda kerusakan hutan, tetapi juga mencerminkan bagaimana sisa aktivitas manusia, seperti penebangan pohon yang tidak selesai atau pembersihan lahan yang tidak tuntas, dapat meningkatkan risiko bencana alam ketika kondisi ekstrem terjadi.

Ahmad Khuzaifi, Devira PrastiwiTim Redaksi
Share
Copy Link
Batalkan
Lagi Diskon Harbolnas 12.12
Lihat Selengkapnya

GEMPA HARI INI

Berita Terkini

Lihat Semua
-->